Malala Yousafzai, Pejuang Pendidikan untuk Anak Perempuan di Negara Pakistan
Halo, Teman Cantik!
Malala Yousafzai. Itulah namanya. Seorang perempuan dari negara Pakistan yang sangat berani menyuarakan tentang hak pendidikan untuk anak perempuan. Walaupun usianya masih muda tapi Malala membuktikan kalau dirinya berani menyuarakan tentang hak pendidikan untuk anak perempuan di kancah dunia.
“Dimana Malala? Yang mana di antara kalian yang bernama Malala? Katakan atau kutembak kalian semua!” Teriak seorang laki-laki bersenjata di bus yang membawa pulang anak-anak sekolah di Mingola, Pakistan. Dalam hitungan menit, timah panah bersarang di kepala dan leher Malala.Peristiwa tersebut menggegerkan dunia. Malala Yousafzai, gadis 14 tahun yang ditembak oleh Taliban kelompok Islam garis keras, karena kegigihannya memperjuangkan pendidikan untuk anak perempuan di Lembah Swat, Pakistan.
Itu adalah cuplikan buku yang berjudul I am Malala : Menantang Maut di Perbatasan Pakistan – Afganistan karya Malala Yousafzai dan Christina Lamb yang sudah diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia dan diterbitkan oleh Penerbit Mizan. Buku tersebut merangkum berbagai informasi mengenai sepak terjang Malala jauh sebelum insiden penembakan hingga perjuangan terkini Malala. Buku ini bisa dipinjam di perpustakaan digital iPusnas. Dan buku ini sudah dibaca sebanyak 1926 kali di perpustakaan digital iPusnas.
Di kampung halaman Malala, anak perempuan selalu dipandang sebelah mata karena sejak anak perempuan lahir maka disembunyikan di balik tirai karena kelahiran anak perempuan dianggap sebagai suatu kesedihan sedangkan jika anak laki-laki lahir maka dirayakan dengan menembakkan senapan sebagai tanda kebahagiaan.
Ayahnya Malala adalah seorang guru yang mendirikan sekolah untuk anak perempuan. Ayahnya Malala ini suka membaca puisi dan sering membacakan puisi untuk orang yang dicintainya yaitu ibunya Malala. Akan tetapi ibunya Malala tidak bisa membaca karena ibunya Malala bersekolah di usia 6 tahun tapi kemudian menjual buku sekolah demi untuk beli permen. Setelah dewasa, barulah ibunya Malala menyadari betapa pentingnya pendidikan karena sebelum ayah dan ibunya Malala menikah itu ayahnya Malala selalu membaca dan menulis puisi untuk ibunya Malala.
Malala adalah si kutu buku yang sangat suka belajar. Ayah Malala pun mendukung Malala untuk tetap harus belajar. Di tahun 2009 saat Malala berusia 11 tahun, Malala mulai menulis di blog tentang ketakutannya karena kelompok Taliban ada di kampung halamannya. Kelompok Taliban melarang anak perempuan untuk pergi ke sekolah. Di tahun 2012, saat Malala berusia 15 tahun kala itu, Malala ditembak oleh kelompok Taliban saat Malala naik bus pulang sekolah. Peluru dari tembakan itu yang melukai kepala dan leher Malala.
Keajaiban datang, Malala selamat dari maut karena tembakan tersebut. Malala pun dirawat di rumah sakit yang ada di Birmingham, Inggris. Dan setelah itu Malala melanjutkan pendidikannya di Inggris yaitu di Oxford University.
Di tahun 2015, Malala berpidato dengan Bahasa Inggris dengan sangat berani dan fasih di depan banyak sekali orang yang ada di dunia. Malala menyuarakan tentang kegelisahan yang dialaminya. Dan Malala akan tetap terus berjuang untuk menyuarakan hak pendidikan untuk anak perempuan di dunia karena pendidikan itu hak dasar bukan hak istimewa. Dan di tahun 2020, Malala lulus dari Oxford University.
“One Child One Teacher One Book One Pen Can Change The World” – Malala Yousafzai
Dari Malala kita belajar bahwa keberanian dalam kebaikan bisa membuat kita dan orang-orang di sekitarnya bebas dari kebodohan. Malala yang sangat suka belajar, Malala yang pandai dan fasih dengan Bahasa Inggris. Dan Malala yang berani dan tidak berhenti untuk menyuarakan hak pendidikan untuk anak perempuan.
Referensi Gambar dan Tulisan : Akun Media Sosial Malala Yousafzai


No comments
Terima kasih sudah berkunjung ke blog Sinok Farida dan memberikan komentar 😍