Grace Wijaya Susanto, Dokter Gigi dan Pemerhati Budaya yang Mendirikan Klub Merby Wisata Edukasi Budaya di Kota Semarang
Halo, Teman Cantik!
Grace
Wijaya Susanto. Itulah namanya. Beliau adalah seorang perempuan yang
berprofesi sebagai dokter gigi. Beliau juga merupakan pemerhati budaya
yang mendirikan Klub Merby sebagai wisata edukasi budaya di Kota
Semarang. Di postingan ini saya ingin menceritakan pengalaman saya saat
berkunjung ke Klub Merby Semarang.
Klub Merby, Wisata Edukasi Budaya di Kota Semarang
Klub Merby, setelah mendengarnya saya langsung berfikir kalau Klub Merby
adalah toko buku. Namun, setelah saya datang berkunjung ke Klub Merby,
ternyata Klub Merby bukan hanya toko buku. Namun, di Klub Merby inilah
saya banyak belajar, terutama mengenai banyak hal tentang kebudayaan
Indonesia. Waktu itu saya dan beberapa blogger Semarang berkesempatan
berkunjung ke Klub Merby. Sesampainya di Klub Merby, kami mengisi daftar
hadir terlebih dahulu dan kemudian kami diberi souvenir satu persatu.
Ada berbagai macam souvenir yang bisa dipilih dan kebanyakan adalah mainan anak-anak. Saya memilih souvenir topi yang unik karena bentuknya seperti kipas. Topinya cocok sekali untuk liburan ke pantai kalau sedang kepanasan.
Setelah memilih souvenir, saya langsung melihat beraneka macam gambar hasil karya anak didik Klub Merby. Gambarnya bagus dan warni-warni. Warnanya dari krayon dan melihat gambar-gambar tersebut mengingatkan masa SD-SMP, dimana saya suka menggambar dan mewarnainya dengan krayon.
Eh, sobat sudah tahu belum sih apa itu sebenarnya Klub Merby ini? Klub Merby adalah wisata budaya dan wisata edukasi yang beralamat di Jalan Mataram No. 653 Semarang.
Lalu, hal apa saja nih yang bisa dipelajari di Klub Merby? Di Klub
Merby, kita bisa belajar membatik, membaca batik, belajar memakai sarung
dan ikat kepala dari kain batik, merangkai janur, hingga mewarnai.
Setelah melihat gambar-gambar karya anak Klub Merby, saya pun melanjutkan untuk melihat sumur dan becak serta ada beberapa wayang yang dipajang. Di Klub Merby, saya seperti sedang berada di rumah saya sendiri karena nuansanya seperti di pedesaan dengan adanya becak dan sumur air. Kemudian para blogger berkumpul dengan didampingi oleh Mbak Krisna. Mbak Krisna banyak menjelaskan tentang Klub Merby. Klub Merby bukan hanya sekedar wisata edukasi saja.
Klub Merby juga turut serta mengajak anak-anak mencintai budaya Indonesia seperti membuat batik. Mbak Krisna juga menjelaskan seputar Salam Semarang yang mempunyai banyak makna dan bisa membuat seorang manusia menjadi pribadi yang lebih baik.
Setelah melihat gambar-gambar karya anak Klub Merby, saya pun melanjutkan untuk melihat sumur dan becak serta ada beberapa wayang yang dipajang. Di Klub Merby, saya seperti sedang berada di rumah saya sendiri karena nuansanya seperti di pedesaan dengan adanya becak dan sumur air. Kemudian para blogger berkumpul dengan didampingi oleh Mbak Krisna. Mbak Krisna banyak menjelaskan tentang Klub Merby. Klub Merby bukan hanya sekedar wisata edukasi saja.
Klub Merby juga turut serta mengajak anak-anak mencintai budaya Indonesia seperti membuat batik. Mbak Krisna juga menjelaskan seputar Salam Semarang yang mempunyai banyak makna dan bisa membuat seorang manusia menjadi pribadi yang lebih baik.
Selanjutnya adalah membaca batik dan masih bersama Mbak Krisna. Sebelum
sesi membaca Batik dimulai, kami para blogger disuguhi dengan secangkir
jamu Kunir Asem. Cangkirnya pun unik dan terbuat dari bahan alami yaitu
batok Kelapa. Saat membaca batik kita harus jeli melihat motifnya dan
ternyata ada banyak sekali jenis motif batik dari seluruh Nusantara
seperti Batik Sidomukti, Batik Parang dan masih banyak lagi.
Setelah sesi membaca batik selesai, maka sesi selanjutnya adalah sesi
tutorial memakai sarung dari kain batik. Ada banyak sekali model yang
bisa kita coba saat mengenakan sarung dari kain batik mulai dari model
berbentuk rok sampai model berbentuk celana.
Kain Batik juga bisa digunakan untuk ikat dan penutup kepala dan salah satu perwakilan dari kami yaitu Mas Deta memakai kain batik untuk ikat dan penutup kepalanya. Setelah sesi tutorial memakai kain batik selesai. Maka selanjutnya adalah saya melihat ada berbagai macam koleksi kain batik, topeng, hingga mainan anak-anak yang ada di Klub Merby. Adapula perangko dan uang zaman dulu yang tersimpan di Klub Merby dan tertata dengan rapi.
Kain Batik juga bisa digunakan untuk ikat dan penutup kepala dan salah satu perwakilan dari kami yaitu Mas Deta memakai kain batik untuk ikat dan penutup kepalanya. Setelah sesi tutorial memakai kain batik selesai. Maka selanjutnya adalah saya melihat ada berbagai macam koleksi kain batik, topeng, hingga mainan anak-anak yang ada di Klub Merby. Adapula perangko dan uang zaman dulu yang tersimpan di Klub Merby dan tertata dengan rapi.
Anak-anak dari para blogger Semarang pun juga berlatih memainkan alat
musik di Klub Merby. Ezra memainkan gendang dan Nadia memainkan gamelan.
Acara tidak hanya berhenti di situ saja. Selanjutnya, kami berjoget dan
menari dengan diiringi musik.
Ini benar-benar asik karena bisa membuat saya lebih rileks. Setelah lelah menari kami harus istirahat sejenak dan disuguhi air mineral oleh Klub Merby. Di sela-sela istirahat, kami menonton video tentang Roemah Oei Lasem.
Ini benar-benar asik karena bisa membuat saya lebih rileks. Setelah lelah menari kami harus istirahat sejenak dan disuguhi air mineral oleh Klub Merby. Di sela-sela istirahat, kami menonton video tentang Roemah Oei Lasem.
Acara yang saya nantikan akhirnya tiba juga yaitu membatik. Membuat
batik tulis dengan menggunakan canting tepatnya dan ini adalah
pengalaman tak terlupakan bagi saya yaitu membuat batik tulis.
Sebelumnya saya sudah pernah membuat batik cap pada saat saya masih
kelas 8 SMP. Saya, Ezra, dan Nadia sangat antusias sekali saat membatik.
Jika saya lebih memilih membatik maka blogger yang lain lebih memilih
berkreasi dengan janur.
Acara ini ditutup dengan makan bersama di Kedai Dhahar. Yang unik dari
Kedai Dhahar Klub Merby adalah menu makanannya adalah menu makanan khas
orang kampung. Seperti sayur bayam misalnya. Adapula martabak, olahan
daging ayam dan yang lainnya. Menu makanan pun disajikan dengan wadah
yang terbuat dari tanah liat dan ini tentunya tidak berbahaya bagi
kesehatan.
Hal menggembirakan bagi saya ketika saya ke Semarang bisa menikmati
segarnya sayur bayam saat siang hari di Klub Merby. Walaupun setiap hari
saya menjadi buruh petani bayam bahkan bisa dibilang bayam adalah salah
satu sumber penghasilan di keluarga saya, tapi saya belum pernah bosan
dengan sayur Bayam hingga saat ini.
Itulah cerita saya saat berkunjung ke Klub Merby bersama blogger
Semarang. Jika kalian sedang berada di Semarang, jangan lupa untuk
mampir ke Klub Merby agar lebih banyak tahu tentang wisata budaya dan
wisata edukasi. Klub Merby cocok sekali untuk memperkenalkan anak-anak
dengan kebudayaan yang akhir-akhir ini sudah mulai tergerus oleh zaman
ke-modern-an.
Referensi Gambar dan Tulisan : Akun Media Sosial Klub Merby



No comments
Terima kasih sudah berkunjung ke blog Sinok Farida dan memberikan komentar 😍